PERSAHABATAN
Sahabat adalah hal yang terbaik dalam hidup kita. Mereka adalah orang
yang paling mengerti tentang kita dan bisa menghibur kita di saat
senang, gundah, sedih, galau dan lain-lain. Oleh karena itu, pentingnya
untuk menjaga sebuah persahabatan merupakan hal yang harus dan wajib
kita jaga.
Kumpulan cerpen persahabatan mungkin bisa menyadarkan Anda untuk menghargai artinya sebuah persahabatan yang sangat berharga dalam hidup kita.
Persahabat ibarat kepompong yang merubah ulat menjadi kupu-kupu karena
saling melengkapi dengan satu sama yang lainnya. Sahabat juga dapat
menjadi motivator bagi Anda di kala Anda sedih Anda dapat terhibur
olehnya, dapat tertawa bersama dan saling mengerti, bukan saling
memanfaatkan.
Oleh karena itu dalam kumpulan
cerpen persahabatan ini diharapkan Anda dapat lebih mengerti dan menghargai arti sebuah persahabatan yang sangat penting.
Sahabatku
Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan
terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat.
Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir
pribadi.
Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka
sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada
kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah
keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah
Iwan.
Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih
satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua
minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.
“Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”
“Mungkin sakit!” jawab Mama.
“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat
Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang
membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon.
Iamendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya
pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari pekerjaannya.
Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya
mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan
sekolah lagi.
“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam hati,
Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.
“Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur
“Momon, Pa.”
“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?” Iwan menggeleng.
“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.
“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang
tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin
menjadi petani saja”.
Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.
“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”
“Maksudmu?”
“Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.
Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di
desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang
pernah dikontrak keluarga Momon. Kemudian Iwan bersama Papa datang ke
rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke
dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami
disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon
ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas
rasa rindu. Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara
mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan
inginberkunjung ke rumah Momon di desa.
“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”
“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”
Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya
kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan
menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.
“Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut
kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami
sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya Papa.
“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”
“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya
bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang
mau membantu saya.”
Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon.
Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka
dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak
terpisahkan. Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya
tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon
yang sudah tua.
Sahabat Sejati
Ketika seorang sahabat sejati bertanya kepada sahabatnya, “apakah aku pernah melakukan salah padamu?“.
Sahabatnya akan menjawab, “ya, tapi aku sudah melupakan kesalahanmu“.
Ketika seorang sahabat sejati berbalik bertanya kepada sahabatnya, “apakah aku pernah bersalah padamu?“.
Sahabatnya akan menjawab, “ya, tapi aku sudah lupa akan hal itu“.
Ketika seorang bertanya, “Apa yang telah kau lakukan untuk sahabatmu?“
Seorang sahabat akan menjawab, “Aku tidak tahu.” sebab seorang sahabat
tidak pernah meminta imbalan dari apa yang telah di perbuatnya dengan
tulus.
Ketika seorang sahabat sejati memarahi sahabatnya, dan sahabatnya bertanya, “mengapa kamu memarahiku?“
Sahabatnya akan menjawab, “demi kebaikanmu“.
Ketika seseorang bertanya, “apakah alasanmu menjadi sahabatnya?“
Ia akan menjawab, “tidak tahu“. Sebab sahabat yang sejati tidak pernah
memanfaatkan, tidak pernah memandang kelemahan dan kelebihan.
Ketika kau jatuh, ia akan berusaha menopangkan tangannya supaya kau tidak tergeletak.
Ketika kau bersuka, ia akan berada disisimu dan turut merasakan kebahagiaanmu.
Ketika kau berduka, ia akan berada disampingmu, meskipun ia tidak tahu
bagaimana cara menghiburmu. Tetap mendengarkanmu, mendengarkan setiap
kata yang keluar dari mulutmu, meskipun kau hanya mengaduh dan meskipun
ia tidak tahu bagaimana solusi masalahmu.
Ketika kau mengatakan cita – citamu, ia akan mendukung dan berdoa untukmu.
Ketika ia bersuka, kau juga akan bersuka karenanya.
Ketika ia berduka, kau yang ada di sampingnya.
Sahabat adalah memberi tanpa ada maksud di belakangnya, bukan hanya menerima.
Sahabat tidak pernah membungkus racun dengan permen manis.
Persahabatan tidak diukur oleh berapa lamanya waktu, tetapi berapa besar arti ‘persahabatan’ itu sendiri.
Persahabatan tidak diukur oleh materi, tetapi berapa besar pengorbanan.
Persahabatan tidak diukur dari kesuksesan yang di peroleh, tetapi dari berapa besar dukungan yang di berikan.
Ia dapat menyayangimu, bahkan lebih dari dirinya sendiri.
Persahabatan tidak pernah mulus. Tetapi yang membuat indah adalah ketika
mereka berhasil menjalaninya bersama, meskipun harus melalui
pertumpahan air mata.
Hal yang paling membuat sahabatmu sedih adalah ketika kamu, sebagai
seorang sahabat, membohonginya dengan alasan apapun. Sebab ia sangat
percaya padamu.
Hanya satu yang sahabatmu minta kepadamu : supaya ia menjadi bagian hidupmu.
Persahabatan Terbaik
Acara televisi sore ini tak satupun membuat aku tertarik. Kalau sudah
begini aku bingung entah apa yang harus aku lakukan. Tio bersama Sany
kekasihnya, sahabatku Ricky entah kemana? Mall, bioskop ataupun
perpustakaan, bukan tempat yang aku suka, apalagi mesti pergi sendirian.
mmm…Pantai.
Ya pantai. kayaknya hanya pantailah, tempat yang mampu membuat aku merasa damai dan tak aneh jika aku pergi sendirian.
Kuambil jaket, lalu kusamber kunci dan pergi menuju garasi. Kukendarai
mobil mama yang nganggur di sana. Papa dan mama lagi keluar kota, jadi
aku bisa keluar dan mengendari mobilnya dengan leluasa.
Terik panas masih menyengat, walaupun waktu sudah menjelang sore. Namun
tak membuat manusia-manusia di Ibukota berhenti beraktivitas meskipun di
bawah terik matahari yang mampu membakar kulit. Jalan-jalan macet
seperti biasanya. Dipenuhi mobil dari merek ternama ataupun yang sudah
tak layak dikendarai.
Lalu di depan kulihat pemandangan lain lagi. Pedagang kaki lima duduk lesu menunggu pelangannya.
Krisis yang melanda membuat banyak orang hati-hati melakukan
pengeluaran, bahkan untuk membeli jajan pasar.Walaupun tak seorang yang
menghampirinya, namun dia tetap semangat menyapa orang-orang yang lewat
dan akhirnya ada juga satu pembeli yang menuju arahnya.
Sekilas kulihat orang itu kok mirip sekali dengan Ricky. Kugosok-gosok
mataku, menyakinkan pandanganku. Kutepikan mobilku, lalu aku berhenti di
tepi jalan itu. Dengan setengah berlari, aku mengejar sosok itu.
Ah…kendaraan sore ini banyak sekali, sehingga membuat aku kesulitan
untuk menyeberang jalan ini. Tapi akhirnya terkejar juga, dengan nafas
tersengal-sengal, kujamah bahunya.
“Ky!” seruku tiba-tiba, sehingga membuatnya terkejut.
“Anda siapa?” tanya Ricky pura-pura tak mengenalku.
“Ky. Sekalipun kamu jadi gembel , aku akan tetap menggenalmu.” jelasku mendenggus kesal.
“Sudahlah, Sophia, jangan membuat aku terluka lagi.” tukasnya begitu sinis seraya beranjak pergi.
“Ky…Ky…knapa kamu tak pernah mau mendengarkan penjelasanku!” teriakku
sekeras-kerasnya. Namun bayangan Ricky semakin menjauh dan akhirnya tak
kelihatan.
-----
Ricky, Tio dan aku adalah sahabat karib dari kecil. Setelah tumbuh
besar, aku tetap mengganggap Ricky adalah sahabat terbaikku, tapi Ricky
punya rasa berbeda dari persahabatan kami. Yang aku cintai adalah Tio.
Ini yang membuat Ricky menjauhiku. Tapi yang Tio cintai bukan aku, tapi
Sany, teman sekelasnya.
Cinta, sulit di tebak kapan dan di mana berlabuh!
Banyak orang tak bisa terima, jika cintanya ditolak, tapi bukankah cinta tak mungkin dipaksa?
Tak mendapatkan cinta Tio, tak membuatku menjauh darinya, tapi aku akan
tetap menjadi sahabat baiknya. Walaupun ada sedikit rasa tidak puas,
kadang rasa cemburu menganggu hati kecilku, saat kutahu untuk pertama
kali, orang yang Tio cintai adalah orang lain.
Aku harus bisa menerima keputusannya , walaupun terasa berat . Bukankah,
kebahagian kita adalah melihat orang yang kita cintai hidup berbahagia,
baik bersama kita atau tidak?
Tapi tidak dengan Ricky, dia lebih memilih, meninggalkanku, mengakhiri
persahabatan manis kami. Pergi dan aku tak pernah tahu kabarnya. Tapi
apapun yang terjadi, aku akan selalu berharap suatu saat kami akan
dipertemukan lagi.
Karena bagiku, cinta dan persahabatan adalah dua ikatan yang sama.
Ikatan yang tak satupun membuat aku bisa memilih satu diantaranya.
-----
Sudah seminggu, setiap hari, aku datang kepersimpangan ini. Berharap
bisa melihat sosok Ricky lewat disekitar sini lagi. Tapi, Ricky hilang
bagai ditelan bumi. Aku hampir putus asa.
Aku sudah capek menunggu, akhirnya aku bangun dan ingin beranjak pergi.
Knapa tiba-tiba, indera keenamku, memberiku insting, kalau Ricky ada di
sekitarku.
Kubalikan kepala, kulihat sosok Ricky setengah berlari menyeberang jalan
di belakang posisiku. Aku berlari menggejar sosok itu. Kuikuti dia dari
belakang. Aku pingin tahu dimana dia berada sekarang.
Akhirnya kulihat Ricky, masuk ke sebuah gang kecil, kuikuti terus ,
sampai akhirnya dia masuk ke sebuah rumah yang sangat sederhana.
“Knapa Ricky lebih memilih hidup disini, daripada di rumah megah orangtuanya?”
”Knapa dia, tinggalkan kehidupannya, yang didambakan banyak orang?”
”Knapa semua ini dia lakukan?”
“Knapa?”
Banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepalaku.
Setelah dia masuk kurang lebih 10 menit, aku masih berdiri terpaku dalam
lamunanku, dengan pertanyaan-pertanyan yang jawabanya ada pada Ricky.
Aku dikejutkan suara seekor anak anjing jalanan, yang tiba-tiba
menggonggong.
Aku memberanikan diri memencet bel di depan rumahnya itu.
“Siapa?” terdengar suara dari balik pintu.
Aku diam, tak memberi jawaban. Setelah beberapa saat aku lihat Ricky
pelan-pelan membuka pintu. Nampak keterkejutannya saat melihatku, berada
di depannya.
“Ky…boleh aku masuk?” tanyaku hati-hati.
“Maukah kamu memberikan sahabatmu ini, segelas air putih.” ujarku lagi.
Tanpa bicara, Ricky mengisyaratkan tangannya mempersilahkan aku masuk.
Aku masuk keruangan tamu. Aku terpana, kulihat rumah yang tertata rapi.
Rumah kecil dan sederhana ini ditatanya begitu rapi, begitu nyaman.
Kulihat serangkai bunga matahari plastik terpajang di sudut ruangan itu.
“Ricky, kamu tak pernah lupa, aku adalah penggagum bunga -bunga matahari.” gumanku.
Dan sebuah akuarium yang di penuhi ikan berwarna-warni, rumput-rumput
dari plastik dan karang-karang di dalamnya. Ricky tahu betul aku
penggagum keindahan pantai dan laut. Walaupun hal-hal ini dulunya,
setahuku, kamu tak menyukainya. Kulihat juga banyak foto persahabatan
kami yang di bingkainya dalam bingkai kayu yang sangat indah, terpajang
di dinding ruang tamu ini.
Bulir-bulir air mataku, perlahan-lahan mulai tak mampu aku bendung. Aku
benar-benar terharu dengan semua yang Ricky lakukan. Begitu besar cinta
Ricky buatku. Kupeluk dia, yang aku sendiri tak tahu, apakah pelukan ini
adalah pelukkan seorang sahabat ataupun sudah berubah menjadi pelukan
yang berbeda?
Ricky kaget, namun akhirnya dia membalas pelukanku, dan memelukku lebih
erat lagi , seakan-akan ingin menumpahkan segala rindu yang sudah hampir
tak terbendung dalam hatinya.
Kami menghabiskan sore ini dengan berbagi cerita, pengalaman kami
masing-masing selama perpisahan yang hampir 2 tahun lamanya dan akhirnya
Ricky mengajakku makan, ke sebuah restoran kecil yang sering
dikunjunginya seorang diri, di dekat rumahnya. Terdengar alunan
tembang-tembang romatis , suasana hening, membuat kami terbuai dalam
hangatnya suasana malam itu.
---------
Sekarang Ricky sudah tahu, Tio sudah bersama Sany. Kami sekarang menjadi 4 sekawan. Sany juga telah menjadi anggota genk kami.
Ternyata setelah aku mengenalnya lebih lama, Sany adalah sosok yang
sangat baik hati, menyenangkan, ramah dan peduli dengan sahabat.
Ah…menyesal aku tak mengenalinya lebih dalam sejak dulu.
“Ky , biarlah semua berjalan apa adanya, mungkin cinta akan pelan-pelan
muncul dari hatiku.” ujarku suatu hari, saat Ricky mengungkit masalah
ini lagi.
“Oke, aku akan selalu menunggumu. Sampai kapapun. Karena tak akan ada
seorangpun yang mampu membuatku jatuh cinta . Hanya kamu yang mampu
membuat aku damai, tenang dan bahagia.” jelasnya panjang lebar
Sekarang aku memiliki tiga orang sahabat baik. Tak akan ada lagi
hari-hariku yang kulalui dengan kesendirian, kesepian dan kerinduan.
Hampir setiap akhir pekan, kami menghabiskan waktu bersama, ke pantai,
ke puncak ataupun hanya sekedar berkaroke di rumah sederhana Ricky.
Hidup dengan tali persahabatan yang hangat, membuat hidup semakin
berarti dan lebih bahagia.
-----
Waktu berjalan begitu cepat. Tiga tahun sudah berlalu. Kebaikan-kebaikan
Ricky mampu membuat aku merasa butuh dan suka akan keberadaannya di
sampingku. Rasa itu pelan-pelan tumbuh tanpa kusadari dalam hatiku.
Aku jatuh hati padanya setelah melalui banyak peristiwa. Cinta datang, dalam dan dengan kebersamaan.
Apalagi dengan sikap dan perbuatan yang ditunjukannya. Membuat aku
merasa, tak akan ada cinta laki-laki lain yang sedalam cinta Riky.
Sekarang Ricky bukan hanya kekasih yang paling aku cintai tapi juga seorang sahabat sejati dalam hidupku
SUMBER : http://wishwondersurprise.blogspot.com/2013/01/kumpulan-cerpen-persahabatan-terbaru.html